“Ngapain kalian kesini? Bahaya tau.” Andi berkata kami dengan muka yang lemah.
“Kamu kenapa Andi? Gapapa kan? Kok kamu lemes gitu sih?” Reyna mengkhawatirkan keadaan pacarnya itu.
“Gapapa ko rey, gue cuma ga enak badan aja.”
“Syukur deh kalau begitu.” Reyna tersenyum kearah Andi.
“Ciee...” gue dan Bejo kompak ngegodain mereka.
“Ah kalian, yaudah ayo masuk aja.”
Kamipun masuk kedalam rumah Andi, dan ternyata rumah Andi tak seperti biasanya. Rumah Andi sangatlah sepi, berantakan, dan gelap tanpa ada lampu yang menyala.
“Duduk disini aja, lumayan terang nih deket jendela.” Andi mempersilahkan kami duduk.
“Ah serius? Gila sejak kapan rumah lo berubah jadi kaya tempat ujinyali kaya gini?” Bejo sepertinya sedikit takut dengan suasana rumah Andi.
“Udah lo kan cowok, masa sama beginian aja takut.” gue menenangkan Bejo.
“Oke, kalian bertiga datang kesini berarti ada yang gak beres dan sangat gawat. Ada apa?”
Gue, Bejo dan Reyna pun menjelaskan semuanya.
“What?? Kenapa dia bisa tau inisial kita berempat? Tau darimana dia?” seketika muka Andi berubah jadi pucat, dan ketakutan.
“Gue gak mau semuanya terbongkar, gue gak mau semuanya sia-sia sampai disini.” lanjutnya.
“Okey karena kita berempat yang mulai, maka kita berempat juga yang harus menyelesaikannya.” jawab Reyna dengan tenang.
“Gimana kalau kita culik aja dia.” Bejo berkata dengan yakin.
“Hah? Yang bener aja. Kalo ketahuan bisa bahaya jo.” jawab Andi.
“Gapapa ndi, kita lakuin aja dengan hati-hati jangan sampai ada kesalahan.” gue terpengaruh oleh Bejo.
“Yaudah terserah kalian.” jawab Andi dengan pasrah.
“Oke gini rencananya” Reyna memulai menyusun acara.
Kami pun menyusun rencana untuk menculik Pak Sandi.
to be continued...
0 comments:
Post a Comment