Novel (part 4) - Pengkhianat yang Berkhianat



“Huaaa... telat lagi kayaknya nih gue” gue ngeliat jam yang menunjukan jam 06:00. gue pun bergegas mandi dan ganti baju.

“Eh sialan ga ada makanan jo? Laper nih gue.”

“Suruh siapa telat.” Jawab Bejo.

“Ah sialan, yaudah berangkat aja nyok.”



Kita pun mempersiapkan apa yang dibutuhkan dan berdoa supaya rencana kita berhasil. Setelah yakin kita pun berangkat.



“Okey, kita mulai rencana kita” gue dan Bejo melangkah bersamaan munuju sekolah.

***

Di kantor kepala sekolah.

“Pak, semuanya sudah siap.” bisik seseorang kepada kepala sekolah.

“Oke saya mengerti, silahkan anda lakukan tugas anda.” kepala sekolah yang tidak lain adalah Pak Sandy memberikan perintah kepada seseorang yang menghadapnya.

***

Saat gue dan Bejo belajar di kelas, tiba-tiba speaker kelas berbunyi.

“Kepada seluruh siswa agar berkumpul di lapangan upacara.”

“Ah, shit!! Ada apa lagi ini rif?” Bejo kelihatannya panik.

“Santai kita bersikap biasa aja jo.” sahut gue.



Kami pun berjalan bersama menuju lapangan upacara. Dan berbaris di antara siswa-siswa lainnnya.



“Bapak mengumpulkan kalian karena Bapak akan mengumumkan satu hal yang sangat penting. Dan ini harus segara di umumkan. Ini mengenai Mila.” ucap kepala sekolah di depan para siswa.



Kita berdua saling menoleh, mencoba tenang.



“Apa dia udah tahu semuanya? Apa gue harus kabur? Nggak!! Gue harus tetap tenang, tapi gimana sama Reyna? Andi? Apa dia bisa tenang?” gue mengalami konflik di hati gue.

“Bapak sudah membuat tim yang menyelidiki hal ini, dan menemukan sebuah catatan di HP nya Mila, yang ada di TKP saat dia meninggal. Dan tulisan itu adalah A-B-R-A. Dan menurut Bapak itu adalah inisial sebuah nama. Jadi Bapak hanya perlu mencari tahu siapa diantara kalian yang sering ber-empat dan memiliki inisial tersebut. Dan itu tidaklah susah bagi Bapak. Maka dari itu ada baiknya bagi kalian yang merasa jadi tersangka harap mengaku, atau akan kami hukum lebih berat nanti.”

“Damn!! Selama ini Gue, Bejo, Arif, sama Andi kan selalu barengan. Bahaya nih, bisa-bisa sebentar lagi kita...” belum sempat selesai Reyna berpikir dalam hati, tiba –tiba ada yang menegurnya.

“Tenang, kita bisa beresin ini kok.” Andi melayangkan senyumnya terhadap Reyna.

“Baiklah cukup sekian yang mau Bapak sampaikan. Silahkan kalian kembali ke kelasnnya masing-masing.”



Semua siswa pun bubar dan kembali menuju kelasnya masing-masing, tak terkecuali Gue, Bejo, Reyna dan Andi.



“Okey, selama kita gak ber-empat kita akan mengulur waktu.” gumam gue di dalam hati.

“Jo, rencana kita gimana nih? Mau lanjut atau kita ubah lagi?”

“Arghh... mentok nih otak gue rif. Tanya Reyna sama Andi aja deh.”

“Ah elu gimana sih, gak serius. Yaudah gue telpon mereka dulu deh.”



Gue pergi ke wc untuk telpon dia sejenak.



“Hallo rey? Gimana nih mau lanjut aja?” tanya gue.

“Eh iya rif, lanjut aja. Ntar liat hasilnya.” Reyna langsung menutup telponnya.

“Ah sial, main tutup aja tuh anak!” gue langsung kembali ke kelas.

to be continued...

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Copyright © / Diksi Gue (Ridwan)

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger